Transformasi digital telah menjadi salah satu penggerak utama ritel saat ini, meminta agar perusahaan dan merek berinvestasi dalam solusi untuk beroperasi secara efektif di lingkungan virtual. Digitalisasi, selain memperkuat dan memperluas visibilitas produk dan layanan, menciptakan peluang untuk inovasi dalam pengalaman berbelanja, berkontribusi untuk proyeksi lebih dari US$100 triliun untuk ekonomi global pada 2025, menurut data dari Forum Ekonomi Dunia
Kemajuan Big Data adalah contoh jelas dari transformasi ini, memungkinkan identifikasi pola perilaku dan preferensi konsumen. Berdasarkan persilangan dan analisis massal data, menjadi mungkin untuk mempersonalisasi penawaran dan mengarahkan kampanye secara individual, memberikan pengalaman berbelanja yang lebih relevan dan menarik. Perlu dicatat bahwa perbedaan penting antara penggunaan data business intelligence dan big data, selain volume data, adalah kemungkinan pengambilan keputusan berdasarkan data saat ini dan bukan hanya dari masa lalu, mengingat tingginya daya pemrosesan teknologi yang digunakan dalam Big Data.
Salah satu contoh paling mencolok dari penggunaan sumber daya ini adalah Amazon, yang menerapkan algoritma untuk menyarankan produk berdasarkan pembelian sebelumnya dan profil setiap pengguna – kadang-kadang, bahkan menyusun rekomendasi sesuai dengan produk yang sudah ada di keranjang Anda. Tidak heran, menurut analis Mordor Intelligence, pasar Big Data di sektor komersial diperkirakan mencapai US$6,38 miliar tahun lalu dan diproyeksikan mencapai US$16,68 miliar hingga 2029. Jika skenario terkonfirmasi, jumlah tersebut akan mewakili pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 21,2%
Efisiensi operasional juga sangat diuntungkan oleh pengelolaan data yang cerdas. Alat yang mengoptimalkan pengendalian persediaan, peramalan permintaan dan logistik sangat penting untuk mengantisipasi tren konsumsi dan menjaga tingkat operasi yang ideal, menghindari kelebihan atau kekurangan bahan baku. Selain itu, perlu kami menyoroti juga integrasi berbagai saluran penjualan – atau dengan kata lain, omnichannel yang begitu banyak dibicarakan – yang memungkinkan konsumen berpindah dari toko online ke toko fisik atau mobile tanpa gangguan. Begitu, adalah mungkin untuk mengkonsolidasikan perjalanan pembelian yang lancar dan memudahkan agar operasi dapat diselesaikan atau bahkan diulang.
Beberapa pengecer terbesar di dunia memiliki algoritma prediktif untuk logistik yang menggabungkan data lokasi pengguna, volume akses di halaman produk tertentu, data keranjang dan konversi yang diperkirakan untuk mempercepat proses pemenuhan, seperangkat operasi logistik yang melibatkan pemesanan dari pelanggan hingga pengiriman produk. Begitu, adalah mungkin untuk memisahkan produk di gudang logistik bahkan sebelum barang benar-benar dibeli
Tapi selain dampak pada operasi, bagaimana juga meningkatkan loyalitas pelanggan melalui data? Pertama-tama, menangkap pelanggan yang cenderung lebih setia. Adalah mungkin untuk menganalisis basis historis pesanan sebuah perusahaan dan memahami item mana yang membawa pelanggan dengan frekuensi pembelian tertinggi serta melakukan strategi elastisitas harga pada item-item ini, memahami apa itu penetapan harga yang idealmelawanpersaingan yang ada untuk meningkatkan konversi konsumen setia ini.
Sebuah poin kedua adalah memahami apa yang memotivasi pelanggan melalui data, apa yang dapat dilakukan dengan melakukan penelitian menggunakan basis pelanggan dan menggunakan solusi gamifikasi dengan penawaran yang didasarkan pada hasil studi ini. Metode yang paling direkomendasikan untuk penggunaan survei ini adalahOctalysis, dengan pertanyaan seperti: Apa tujuan klien saya? Apa yang dilakukan klien saya? Apa yang memberdayakan klien saya? Apa yang menimbulkan perasaan memiliki? Apa itu pengaruh bagi klien saya? Apa yang membangkitkan rasa ingin tahu? Manfaat dan keuntungan apa yang tidak ingin hilang oleh klien saya? Mengumpulkan data ini dan membangun strategi retensi, hasil loyalitas pasti akan meningkat.
Namun, Big Data tidak menghasilkan revolusi ini sendirian atau secara terpisah. Sumber daya lainnya – dan di sini, tentunya kita perlu memperkuat peran utama kecerdasan buatan (IA) – mengambil peran sebagai diferensial kompetitif yang fundamental bagi merek. Optimisasi yang dihasilkan oleh AI dapat mewakili pengurangan biaya, perbaikan dalam efisiensi operasional dan serangkaian manfaat lainnya, namun, itu adalah optimisasi digital yang didorong oleh asisten yang lebih canggih yang benar-benar memiliki potensi untuk merevolusi model bisnis.
Pada titik ini, penting untuk membedakan apa yang kita sebut sebagai optimisasi oleh AI dan transformasi digital. Yang pertama berfokus pada peningkatan efisiensi operasional, mengurangi biaya dan memaksimalkan pendapatan melalui skala, tapi tanpa mempengaruhi pusat operasi. Sekarang transformasi digital melibatkan perubahan total dalam model bisnis perusahaan, mempengaruhi produk danbisnis intidari perusahaan. Artinya, ketika kita berbicara tentang ritel, penting untuk memahami bahwa teknologi, terutama AI, memiliki kekuatan revolusioner. Oleh karena itu, untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, perlu melangkah lebih jauh dan mencari alat yang lebih interaktif dan disesuaikan
Namun, kemajuan teknologi harus berjalan seiring dengan investasi dalam keamanan dan privasi data. Perlindungan informasi sensitif melalui autentikasi biometrik, kriptografi dan sistem otomatis deteksi penipuan akan menjadi penting untuk menjaga kepercayaan dan data konsumen, selain melindungi reputasi merek
Faktanya adalah, perusahaan yang dapat mengintegrasikan penelitian berkelanjutan secara efektif, Big Data dan sumber daya teknologi terbaru akan lebih siap untuk memenuhi harapan tinggi konsumen. Di pasar yang selalu bergerak, digitalisasi adalah jalan yang paling tepat untuk mengubah tantangan menjadi peluang bagi bisnis
